Luhur dalam Budi, Tinggi dalam Prestasi

STRONG BELIEF! GOOD PERSONALITY!HIGH ACHIEVEMENT!

Jumat, 01 April 2011

Karya Siswa (Cerpen)

Ketagihan Internet
Oleh : Miladiyah Bariqoh                                                      
               Tak tahan rasanya ketika melewati warnet. Ingin ku kesana. Tetapi sayang, banyak orang. Terpakasa harus pulang
               Eh. Aku belum berkenalan ya? Perkenalkan, aku Fisya. Aku masih smp loh. Aku terkenal sebagai anak terpintar di kelas. Peringkatku tak luput dari peringkat 1 dan 2. Tapi, gini-gini aku juga bisa menjalankan teknologi. Salah satunya penggunaan internet. Banyak situs yang ditawarkan disana. Seperti google, yahoo, blog, dan yang paling terkenal sampai saat ini adalah facebook.
               Aku salah satu dari sekian banyak anak yang menjadi penggemar internet. Asal muasal aku suka internet ketika guruku memberi tugas mencari berita di internet. Pertamanya aku gak tau. Tapi akhirnya aku diajarkan oleh ayah. O ya, ayahku bekerja di perusahaan yang setiap harinya harus menggunakan internet. Tapi aku lupa nama pekerjaannya. Setelah aku tau cara ber-internet, ya sudah. Kambuh penyakitku. Awalnya aku menggunakan internet hanya untuk mencari situs-situs pengetahuan. Tapi lama kelamaan aku menjadi bosan dengan pekerjaan itu.
               Pas pada waktu di sekolah, temanku ada yang bertanya.
“Fis, kamu sudah punya facebook?”. Tau aja enggak, apalagi punya pikirku dalam hati.
“Belum. Emangnya facebook itu apa sih?”, tanyaku sambil menggaruk kepalaku,
Teman-temanku semua pada nertawain aku.
“Fisya, Fisya. Jadul banget sih loh. Masa’ gak tau facebook. Hahahahahahaha”. Dasar si Retno. Taunya hanya ngejek malulu.
               Untungnya sahabatku, Lisa, dia berniat mengajarkanku facebook. Aku seneng banget dia berkata seperti itu. Dia memang sahabat terbaikku.
               Pada hari Minggu, aku dan Lisa pergi ke warnet. Untung aja tuh Warnet punya abangnya Lisa. Jadi gak usah bayar dech. Aseeeeeeeekk.
               Lisa mengajariku untuk mendaftar di Facebook. Tapi, aku harus punya e-mail terlebih dahulu. Aku gak tau cara buatnya. Tapi tenang aja, Lisa siap membantuku. Nah setelah e-mailku jadi, baru deh bisa mendaftar di Facebook. Pada langkah yang kedua, facebook memitaku sebuah foto. Tenaaaaang. Aku sudah siapin foto tercantikku. Setelah melewati langkah ketiga, baru deh bisa digunakan. Teman pertamaku di facebook adalah Lisa. Heeeeee. Maklum, dia kan sahabatku sekaligus yang mendaftarkanku ke facebook. Beribu terima kasih untuk Lisa.
               Hehhehehe. Akhirnya kesampaian juga punya facebook. Saatnya beraksi. Langsung aku menuju ke kelas dan memamerkannya ke temen-temen. Khususnya si Retno. Reaksi anak-anak, biasa aja tuh. Huh, sebel
               Pulangnya, aku mampir ke warnet untuk mengecek facebookku. Setelah membukanya, Busyeeeet. Ada tulisan yang bacaannya “25 permintaan pertemanan”. Aku seneng banget. Semuanya kuterima. Gak nyangka banget. Padahal aku baru loh di facebook. Dan aku juga Update Status dan mencari atau istilahnya “Add” temen. Biar tambah banyak. Dan sekarang aku sering online. Dan selalu pada pulang sekolah.
               Hari demi hari kulewati. Sekarang aku mempunyai 567 teman. Waaaah. Tapi sebentar dulu.
               Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Sial, sial, sial. Nilai ulangan Biologyku. Ya tuhan. 57. itu di bawah KKM. Duh, gimana ini. Setelah aku meratapi ulanganku yang nilainya jelek itu, tiba-tiba ibu Ani(guru biologi sekaligus wali kelasku) memanggilku.
“Fisya, Ikut Ibu ke kantor. Sekarang yaah”
“Iya bu”. Jawabku sambil merengut. Tapi saat aku berjalan di koridor sekolah, terpikir di benakku, kenapa ibu memanggilku ke kantor??? Hmmm, pasti ada apa-apanya ini.
               Ketika aku dan ibu Ani duduk di bangku Bu Ani, dia menanyakanku,
“Fisya punya masalah di rumah? Entah itu bertengkar dengan orangtua atau apa?” kenapa ibu Ani menanyakanku seperti itu.
“Enggak kok, Bu. Saya aku-akur saja sama orang rumah. Enggak ada masalah. Memangnya kenapa, Bu?”
               “Fisya. Kamu tidak sadar. Nilaimu menurun drastis. Ibu tidak menyangka akan hal itu. Tadinya ibu mengira kamu tertekan karena dimarahi orang tua. Makanya kamu tidak belajar. Tapi perkiraan ibu salah. Apa yang kamu lakukan sehingga membuatmu seperti ini, Nak. Apa yang sering kamu lakukan belakangan ini?”. Duh. Mampus
“Ada, Bu. Setiap pulang sekolah, saya mampir ke warnet untuk facebookan. Kadang sampai sore”. Jawabku dengan lantang.
               “Apa? Jadi itu yang membuatmu seperti ini! Masya Allah, Fisya! Sadar, Nak!”. Waduh, bu Ani marah-marah. Teriakannya terdengar ke seluruh ruangan guru. Saat aku melihat sekeliling, para guru-guru memandang tajam ke arahku. Semakin takut saja aku.
Tiba-tiba perkataanku melantang,” Tapi seru kok, Bu. Sekarang saya mempunyai banyak teman disana.”. Wajah Bu Ani tambah menyeremkan. Dan tiba-tiba, di mengucapkan kata-kata yang aku tidak sukai.
               “Ibu harus menemui orang tuamu!” Mampus. 1000x mampus.
               Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Hari ini aku tidak ke warnet. Gimana yang mau pergi, yang mengantarkan aku Bu Ani. Katanya sekalian menemui orang tuaku.
               Sesampainya di Rumah, ternyata ibuku berada di luar sedang berkebun. Waduh. Makin cepat saja bunyi detak jantungku. Ingin aku menenangkannya. Tapi enggak bisa.
               “Assalamu’alaikum, bu Anwar. Saya wali kelasnya Fisya. Saya kesini bermaksud ingin memgatakan sesuatu kepada anda. Makanya sekalian saya antar Fisya kemari”
               “Oh ya. Silahkan masuk, Bu.” Sambut ibuku dengan sangat ramah. Kita pun berkumpul di ruang tamu. Ternyata ada suara tak asing dari dapur dan muncullah. Ayaaaaah! Kenapa pulangnya cepat ya.
               “Yah, ini ada gurunya Fisya. Katanya mau membicarakan tentang Fisya”. Ayah langsung duduk di sampingku. Tanpa basa-basi, Bu Ani bercerita. The long story start begin.
               “Gini loh bu’ dan pak Anwar. Di sekolah saya sangat memperhatikan Fisya. Karena dia anak terpintar dikelasnya. Bahkan hampir se kelas 7. Tapi itu sudah dulu”. Tiba-tiba, ayah memotong.
               “Tunggu sebentar. Apa maksudnya ibu sudah dulu?” tanya ayah dengan heran.
               “Kini, Fisya telah berubah drastis. Nilai Fisya makin hari makin memburuk. Malahan, teman Fisya yang tidak pintar, bisa menyaingin Fisya sekarang”. Ayah dan ibu menarik nafas pendek karena saking terkejutnya.
               “Fisya, apakah itu benar? Jujurlah pada ayah.” Tanya ayahku.
“Iya yah. Fisya juga tidak sadar akan hal itu. Setelah itu terjadi, kini Fisya sudah sangat, sangat menyesal, Yah. Maafin Fisya ya, Yah. Bisa gak bisa jadi anak yang bisa dibanggakan ayah dan ibu”. Ucapku sambil mataku meneteskan air mata akibat penyesalan tesebut.
               “Ayah sungguh menyesal dengan berita itu. Tapi ayah tidak akan marah kepadamu. Mungkin ini juga salah ayah dan ibu yang sibuk dengan pekerjaan kita berdua. Tapi ayah punya satu permintaan. Tolong tutup akun facebookmu itu.”
“Tapi yah……..”.
“Fisya, ayah mohon. Ini juga demi kebaikanmu.”
“Baik yah”
               Ada sebuah pelajaran dan Hikmah yang aku petik dalam peristiwa ini. Fungsi internet hanyalah sebagai alat komunikasi dan mencari informasi saja. Tapi, apabila kita menyalahgunakan internet tersebut sampai-sampai tidak berhenti yang menggunakan internet, nanti imbasnya pasti ke diri kita sendiri. Internet membuatmu seolah-olah kau tidak mempunyai pekerjaan lain selain internetan. Bahkan, pekerjaan sekolah, bisa kau lupakan. Lihat, betapa  buruk akibatnya kalau kita tidak mengendalikan pemakaian internet hanya untuk kesenangan belaka. Kecuali orang yang harus bekerja dengan internet setiap harinya. Memang, kita boleh mempunyai facebook. Tapi bagi orang yang masih punya pekerjaan yang lebih penting daripada mengerjakan facebook, kerjakan pekerjaan yang lebih penting saja. Karena facebook merupakan sumber informasi dan sarana komunikasi. Tidak harus digunakan terus-terusan kan??!!
               Mulai sekarang aku harus berubah. Aku sudah menutup akun facebook-ku untuk slamanya. Lisa, sahabatku, juga menutupnya akibat pengalamanku tadi. Dia minta maaf padaku karena dia telah mengajariku mengoprasikan facebook. Tapi aku tidak menyalahkannya. Semua ini salahku. Aku yang ngelotot untuk belajar facebook-kan. Memang sih. Nilai harian kelas 7 semester duaku sangat buruk. Aku mendapati peringkat 12. tapi tidak di kelas 8. aku berhasil meraih peringkatku kembali. Peringkat 1.
               Aku juga senang mendapati masalah yang membuat nilaiku anjlok secara tiba-tiba. Dari situ, aku belajar dari sebuah pengalaman.
             



THE END

1 komentar: